Kamis, 05 Februari 2015

(TST III) Dasar Korelasi Sains dan Religius



Terdapat korelasi antara sholat dan kesehatan. Mengapa demikian? Bagaimana hubungannya? Silahkan baca postingan berikut ini. Sholat tahajud yang mampu menenangkan jiwa mempunyai efek yang baik untuk tubuh kita. Salah satu dari manfaatnya yang sangat menakjubkan untuk kita ucapi subhanallah bahwa sholat ini dapat digunakan sebagai terapi untuk penyembuhan berbagai penyakit. ini faktanya dari lembar demi lembar buku karangan Bapak Dr. Moh. Sholeh yang menyelesaikan S3 Kedokteran di Unair. Lembaran yang membahas juga tentang pembuktiannya secara medis.

Seperti pula yang disabdakan oleh Rasululllah dalam sebuah hadis: “Shalat tahajud dapat menghapus dosa, mendapatkan ketenangan, dan menghindarkan penyakit, (HR Tirmidzi). Sabda nabipun telah mengungkapkan kebenaran akan sholat tahajud yang dapat menyembuhkan penyakit. Lalu bagaimana hubungan logis dari keduanya, mengapa dengan sholat tahajud ini kita mengurangi beribu-ribu sebab penyakit. Sabda Rasulullah di atas telah memberikan peluang kepada kita untuk menelaah lebih jauh mengenai praktik ibadah mahdah dengan alur logika dan pembuktian sains.

 Penelitian sebuah instusi telah mengungkapkan bahwa ketenangan dapat meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko penyakit jantung, dan meningkatkan usia harapan. Sebaliknya bahwa stres dapat menyebabkan seseorang sedemikian rentan terhadap infeksi, mempercepat perkembangan sel kanker, dan meningkatkan metastasis. Logikanya dengan hasil penelitian seperti itu maka secara teorotis, para pengamal shalat tahajud pasti terjamin kesehatanya, baik secara fisik maupun mental.

 Pada dasarnya hasil penelitian ini didasarkan pada sabda nabi yang tertera Diatas yang menyatakan dengan tegas tentang hubungan erat antara istiqoamahnya mengamalkan shalat tahajud dan peningkatan kemampuan pengendalian diri berupa ketenangan. Dari fakta di atas tentunya semua pengamal shalat tahajud akan merasakan kesehatan fisik dan ketenangan batin. Tapi kenyataanya tidak, sebagian dari mereka tetap merasakan sakit. di situlah letak keikhlasan sangat diperlukan untuk melakukanya.

Secara fisiologis, sebenarnya pola kehidupan manusia mempunyai irama sirkandian. Jika siklus ini ditambah dengan beban melaksanakan shalat tahajud di malam hari, ia akan berubah menjadi nocturnal. Hali inilah yang menyebabkan perubahan perilaku dari system syarat pusat yang bertujuan beradaptasi dengan irama sirkandian, sebuah irama yang memiliki siklus selama 24 jam untuk beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu niat yang tidak ikhlas dalam menjalankannya akan menebabkan manfaat shalat tahajud untuk kesehatan tidak akan didapatinya. Itu disebabkan karena keterpaksaan dalam menjalankan shalat tahajudakan mengakibtkan proses adaptasi terhadao proses adaptasi terhadap perubahan irama sirkandian tersebut.

Gangguan adaptasi ini tercermin pada sekresi kortisol yang seharusnya menurun pada malam hari. Namun karena di malam hari ia mendapatkan beban untuk melakukan shalat tahajud, sekresi kortisol tetap tinggi. Reichlin menyatakan bahwa gangguan irama sirkandian akan mendatangkan stress yang ditandai dengan peningkatan ACTH. Dan stres telah terbukti secara medis dapat mengganggu ketahanan imunologik. bahkan bila stress mencapai tingkat exhausteion stage, dapat menimbulkan kegagalan fungsi dalam system imun. Dalam kondisi inilah tubuh akan mudah terserang aneka ragam penyakit. Selain dipandang dari segi ini juga ada pendekatan melalui Psikoneuroimunologi yang mulai dikembangkan di Unair sejak tahun 1992. Pendekatan ini menghubungkan antara psikologi, neurologi, dan Jadi dikembangkan secara jelas bagaimana psikologi itu mempengaruhi sel syaraf sehingga mempengaruhi kekebalan imunitas kita.

 Ini baru korelasi dasar, untuk yang lebih dalam silahkan anda baca di postingan selanjutnya.

Dipetik dari sumber: Shaleh, Mohammad. 2006.Terapi Shalat Tahajud.Jakarta Selatan.Hikmah. 
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar