
Langkah kakiku terhenti kala aku hampir
menuju tengah jalan mencari sebuah suara. Ya benar aku yang saat itu melangkah
turun dari motor yang dikemudikan temanku merasa agak sedikit aneh karena dia
menyuruhku naik motor bersamanya kembali. Aku turun karena mendengar suara yang
sepertinya memanggil kami, menyuruh kami untuk berhenti. Sempat hati ini terasa
kaku, eh tapi ternyata mereka berdua temanku yang memang benar meneriaki kami
supaya berhenti. Disusul dengan 4 motor temanku lainnya yang ada dibelakangnya.
Tak tahu sebenarnya apa yang ingin mereka bicarakan. Oalah ternyata masalah
rencana malam tahun baruan, iya saya tahu itu.
Tapi
tiba-tiba temanku malah menjalankan motornya sebelum aku mendengar apa yang
akan dibahas, aku hanya tahu intinya saja. Aduh bingung sebenarnya ada apa.
Tapi ya sudahlah aku tak harus banyak bertanya kepada temanku itu. Akhirnya
motor kami melaju untuk menuju kembali ke rumah kami tanpa aku tau keputusan
yang mereka buat.
Sampai rumah aku mendengar denting
jam yang semari berbunyi menandakan waktu terus berjalan. Kutunggu hpku
berdering mengungkap informasi tentang keputusan tadi. Tapi seraya waktu telah
berjalan lama tak ada kabar tentang keputusan mereka. Aku bingung tentang apa
yang harus aku lakukan, dan ini semua kebingungan ini tentang aku yang tak mau
kehilangan kebersamaan. Belum tau kapan hal kayak gini bakal kejadian lagi. Aku
yang terbawa arus kehangatan keluarga dan saudara di rumah bertambah bingung
apa yang seharusnya aku lakukan. Mau pergi ga ada yang jemput karena hari sudah
semakin malam selain itu ga enak rasanya ninggalin saudara.
Jam
dindingku menunjuk waktu pukul 20.30 WIB aku dapat kabar bahwa malam tahun
baruan seperti rencana awal di sekolah
kami dulu. Akhirnya akupun menahan rasa takut lalu ganti baju untuk segera
berangkat, sungguh untuk kebersamaan lagi. Ada sedikit keraguan yang menyelip
di benakku untuk melanjutkan langkah kakiku karena tepat saat aku mengambil
kunci itu saudaraku bertanya kemana aku akan pergi, tapi syukur Alhamdulillah
aku menjawabnya dengan sedikit canda dan langsung berlari keluar rumah dipenuhi
rasa bahagia. Aku mulai mengendarai motorku, melaju dengan semangat menuju
tempat acara kami tadi. Wah ternyata sampai sana anak anak pada nanya kepadaku
kok berani, ya simpel saja aku menjawabnya dengan sedikit bercanda tentang aku
yang ngeberaniin diri demi kalian,
sambil melepaskan senyuman kecil. Dan lagi-lagi untuk sebuah kebersamaan.
Kebersamaan
kami ditemani api unggun yang mematangkan ayam bakar dan menambah hangatnya
kebersamaan kami membuatku enggan pulang. Canda tawa dan saling adu ocehan
mulai terlontar satu sama lain. Sebelum kami mulai menyantap ayam bakar kami
aku duduk termenung sendirian di dekat keranjang basket, duduk teringat akan
kisah masa-masa kami di sekolah. Tak lama kemudian salah satu teman baikku
menghampiriku lalu menanyakan tentang apa yang menyelinap difikiranku. Dengan
serba salah akupun menjawab bahwa aku hanya duduk terdiam menikmati sumilirnya
angin malam. Padahal kala itu serasa aku ingin memutar waktu menuju masa kami
sekolah disitu, memperbaiki segala kesalahnku yang kesalahanku yang pernah
kuperbuat.
Setelah itu akupun turun dan
mulai mendekati mereka. Wajah mereka yang semakin dewasa membuatku semakin
mengerti akan apa itu masa remja. Tapi satu yang ku dapat rasakan bahwa
senyuman mereka masih sama ketika kami bersama di banhgku MTs dulu. Candaan dan
gurauan mereka membuatku enggan melangkahkan kaki ini keluar gerbang sekolah
menuju rumahku. Sungguh aku masih krasan di sini bukan untuk makan, bukan untuk
minum, tapi semuanya hanya untuk kebersamaan, dan memanglah kebersamaan ini memiliki
jutaan arti yang berbeda. Berbeda untukku, untuk kami, dan untuk mereka.
0 komentar:
Posting Komentar