Minggu, 04 Januari 2015

Sungguh Untuk Kebersamaan


Malam nanti akan menjadi malam yang akan kami habiskan bersama-sama di Madrasah kami dulu dengan harapan suasana masih terasa sama. Sama seperti saat kami masih duduk di bangku sekolah menengah pertama itu. Ditemani api kecil yang mematangkan ayam bakar kami serta menambah hangatnya kebersamaan kami. Itulah rencana kami sepulang dari pantai sore hari itu bertepatan malam tahun baru.

 
Langkah kakiku terhenti kala aku hampir menuju tengah jalan mencari sebuah suara. Ya benar aku yang saat itu melangkah turun dari motor yang dikemudikan temanku merasa agak sedikit aneh karena dia menyuruhku naik motor bersamanya kembali. Aku turun karena mendengar suara yang sepertinya memanggil kami, menyuruh kami untuk berhenti. Sempat hati ini terasa kaku, eh tapi ternyata mereka berdua temanku yang memang benar meneriaki kami supaya berhenti. Disusul dengan 4 motor temanku lainnya yang ada dibelakangnya. Tak tahu sebenarnya apa yang ingin mereka bicarakan. Oalah ternyata masalah rencana malam tahun baruan, iya saya tahu itu.
                Tapi tiba-tiba temanku malah menjalankan motornya sebelum aku mendengar apa yang akan dibahas, aku hanya tahu intinya saja. Aduh bingung sebenarnya ada apa. Tapi ya sudahlah aku tak harus banyak bertanya kepada temanku itu. Akhirnya motor kami melaju untuk menuju kembali ke rumah kami tanpa aku tau keputusan yang mereka buat.
Sampai rumah aku mendengar denting jam yang semari berbunyi menandakan waktu terus berjalan. Kutunggu hpku berdering mengungkap informasi tentang keputusan tadi. Tapi seraya waktu telah berjalan lama tak ada kabar tentang keputusan mereka. Aku bingung tentang apa yang harus aku lakukan, dan ini semua kebingungan ini tentang aku yang tak mau kehilangan kebersamaan. Belum tau kapan hal kayak gini bakal kejadian lagi. Aku yang terbawa arus kehangatan keluarga dan saudara di rumah bertambah bingung apa yang seharusnya aku lakukan. Mau pergi ga ada yang jemput karena hari sudah semakin malam selain itu ga enak rasanya ninggalin saudara.
                Jam dindingku menunjuk waktu pukul 20.30 WIB aku dapat kabar bahwa malam tahun baruan seperti rencana awal  di sekolah kami dulu. Akhirnya akupun menahan rasa takut lalu ganti baju untuk segera berangkat, sungguh untuk kebersamaan lagi. Ada sedikit keraguan yang menyelip di benakku untuk melanjutkan langkah kakiku karena tepat saat aku mengambil kunci itu saudaraku bertanya kemana aku akan pergi, tapi syukur Alhamdulillah aku menjawabnya dengan sedikit canda dan langsung berlari keluar rumah dipenuhi rasa bahagia. Aku mulai mengendarai motorku, melaju dengan semangat menuju tempat acara kami tadi. Wah ternyata sampai sana anak anak pada nanya kepadaku kok berani, ya simpel saja aku menjawabnya dengan sedikit bercanda tentang aku yang  ngeberaniin diri demi kalian, sambil melepaskan senyuman kecil. Dan lagi-lagi untuk sebuah kebersamaan.
                Kebersamaan kami ditemani api unggun yang mematangkan ayam bakar dan menambah hangatnya kebersamaan kami membuatku enggan pulang. Canda tawa dan saling adu ocehan mulai terlontar satu sama lain. Sebelum kami mulai menyantap ayam bakar kami aku duduk termenung sendirian di dekat keranjang basket, duduk teringat akan kisah masa-masa kami di sekolah. Tak lama kemudian salah satu teman baikku menghampiriku lalu menanyakan tentang apa yang menyelinap difikiranku. Dengan serba salah akupun menjawab bahwa aku hanya duduk terdiam menikmati sumilirnya angin malam. Padahal kala itu serasa aku ingin memutar waktu menuju masa kami sekolah disitu, memperbaiki segala kesalahnku yang kesalahanku yang pernah kuperbuat.
Setelah itu akupun turun dan mulai mendekati mereka. Wajah mereka yang semakin dewasa membuatku semakin mengerti akan apa itu masa remja. Tapi satu yang ku dapat rasakan bahwa senyuman mereka masih sama ketika kami bersama di banhgku MTs dulu. Candaan dan gurauan mereka membuatku enggan melangkahkan kaki ini keluar gerbang sekolah menuju rumahku. Sungguh aku masih krasan di sini bukan untuk makan, bukan untuk minum, tapi semuanya hanya untuk kebersamaan, dan memanglah kebersamaan ini memiliki jutaan arti yang berbeda. Berbeda untukku, untuk kami, dan untuk mereka.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar